TNI AU Krisis Heli SAR Tempur

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9sQ1lnmwdePniVeSgH3PfTcm1NG4RtXxrU4qv11IIDBLgmqtEscgr23DqbUyKIzFO7_bNP91bMZWzSOBxUUJt1_hUURdog6wMiedX3FMq3WFYXuE6BrqY_SkFWGR1rYoUUpOm_a0FaEVM/s1600/Latihan-Angkasa-Yudha-2012.jpgHeli SAR Tempur TNI AU

Memasuki usianya yang ke 71, tepatnya pada 9 April mendatang, nampaknya infrastruktur pendukung TNI Angkatan Udara (AU) masih sangat minim.

Pasalnya, hingga saat ini selain banyaknya alat utama sistem persenjataan (alutsista) di sejumlah Pangkalan Udara yang sudah harus di grounded, juga dibutuhkan helikopter dalam menunjang penyelamatan pesawat tempur.

Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AU Marsekal Pertama (Marsma) Jemi Trisonjaya saat meninjau sejumlah skuadron di Pangkalan Udara (Lanud) Adi Sucipto, Yogyakarta menyatakan, selain membutuhkan alutsista modern, pihaknya sangat terbatas dengan kepemilikan heli.

"Di tengah keterbatasan saat ini, hanya ada dua sampai tiga heli yang bisa beroperasi dalam misi penyelamatan pesawat tempur apabila terjadi kecelakaan" jelas Jemi Trisonjaya di Lanud Adi Sucipto, Yogyakarta, kemarin.

"Tiga heli tersebut di Pekanbaru, Madiun, dan Pontianak. Kita masih membutuhkan tujuh hingga delapan heli di setiap lanud yang terdapat skuadron pesawat tempurnya," imbuhnya.

Idealnya, sesuai dengan standar operasional prosedur, minimal harus ada satu heli yang standby dalam mendukung pesawat tempur. Dia menjelaskan, seperti pesawat tempur yang home basenya Lanud Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur, saat ini membutuhkan satu heli.

"Begitu pula dengan pesawat tempur di Lanud Pekanbaru, Yogyakarta, Malang dan Makasar. Heli yang kita butuhkan dan inginkan adalah heli angkut berat," katanya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzxNlYQufz_MEaF4881J5VPJmhin8UcOiiOWlBPAKTHC9E-dfofx1KIpUPhp1LQOe0T8YtCyFQNYGBEvULq6mcR9c7Smh9MY2vSauDXzGWZdrr3CJnL-Z1eAVF1MGc5-TcFsRaC-7ZZLY/s1600/01.jpgHelikopter AW-101 TNI AU [Rotorblur]

Menurutnya, selama ini hanya dalam mendukung upaya Search And Rescue (SAR) hanya heli latih, seperti yang ada di Lanud Adisucipto. "Namanya juga heli latih, Jadi fungsinya hanya untuk melakukan pengamatan dan menginformasikan saja, jika ada bencana. Heli latih itu tidak dilengkapi fasilitas standard SAR," jelasnya.

Memasuki di usia ke-71 ini, pihaknya berharap dengan segala keterbatasan yang ada, kedepan bisa memperoleh dukungan alutsista yang modern, dalam rangka menjaga kedaulatan wilayah udara di Indonesia ini.

"Itulah tujuan kami mengajak rekan-rekan media dalam press tour media dirgantara 2017 ini," tutupnya.

Sementara Komandan Lanud Adisutjipto, Marsekal Pertama (Marsma) TNI Samyoga mengatakan, untuk Jupiter Aerobatic Team (JAT) selalu ada latihan rutin dengan durasi satu jam setiap latihan. Ini dilakukan untuk menjaga kekompakan.

"Selain untuk menjaga kekompakan, tim JAT yang hari ini berlatih juga sebagai salah satu persiapan eksibisi saat HUT TNI AU di Jakarta, 9 April mendatang," jelasnya.

Dia memaparkan keenam pesawat tersebut memiliki peran masing-masing. Pesawat 1 sebagai pemimpin, pesawat 2 dan pesawat 3 sebagai pesawat sayap dan pesawat 4 sebagai slot. Untuk pesawat 4 ini juga bisa melakukan manuver sendiri dengan berputar-putar.

"Pesawat 4 itu istilah pesawat slot di yang paling belakang. Tujuannya selalin nempel itu juga bisa manuver berputar-putar," paparnya.

Marsma Samyoga mengatakan, pesawat 5 dan pesawat 6 merupakan pesawat sinkron yang melakukan atraksi secara berpasangan. "Pesawat 5 dan 6 ini disebut sinkron. 2 pesawat yang biasa membuat bentuk love dan manuver mirror dengan berbagai variasi," lanjutnya.

 ♖ sindonews