Komisi I DPR RI Kunjungi Pabrik Pembuatan Bom di Malang
Direktur PT Sari Bahari, Ricki Hendrik Egam (tengah) memberi penjelaskan kepada Anggota Komisi I DPR RI yang berkunjung ke pabriknya di kawasan pakis, Kab Malang. (Foto Malik ANTARA) ●
Sebelas Anggota Komisi I DPR RI melakukan kunjungan kerja ke pabrik pembuatan bom dan rudal PT Sari Bahari, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur untuk mengetahui lebih dekat proses pembuatan alutsista pesanan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI, Jumat.
"Ini sebagai kunjungan kerja dan menyerap aspirasi, serta melihat proses pembuatan alat utama sistem persenjataan pesanan Kemenhan RI, sekaligus hasil kunjungan akan kami jadikan bahan Raker dengan Kemenhan," kata salah satu Anggota Komisi I dari Partai Gerindra Rachel Maryam ditemui di sela kunjungan di Malang.
Dalam kunjungan yang dipimpin Wakil Ketua Komisi I Mayjen (Purn) Asril Hamzah Tanjung itu, juga bertujuan mendorong produk alutsista dalam negeri berkembang, karena secara kualitas tidak kalah dengan luar negeri.
"Produk alutsista dalam negeri harus diberi ruang secara lebar untuk berkembang, agar ketika negara terkena embargo tidak kebingungan dalam memproduksi senjata," ujar Asril yang merupakan politisi asal Partai Gerindra tersebut.
Ia mengatakan, selama ini ketergantungan Indonesia dengan produk alutsista luar negeri masih sangat tinggi, sekitar 90 persen dari total kebutuhan yang ada.
"Oleh karena itu, dalam kunjungan ini kami mengimbau kepada pemerintah untuk tidak ketergantungan dengan alutsista pihak luar, dan TNI bisa memaksimalkan keberadaan pabrik-pabrik pembuatan alutsista dalam negeri seperti PT Sari Bahari," ucapnya.
Sementara itu Direktur PT Sari Bahari, Ricki Hendrik Egam mengapresiasi kunjungan sebelas Anggota Komisi I DPR RI ke pabriknya, dan berharap adanya dorongan dari anggota legislatif agar pabriknya terus mampu memproduksi alutsista.
"Sampai saat ini, penjualan bom atau rudal produksi kami masih ke TNI, meski tahun lalu telah menerima permintaan dan ekspor ke Chili," katanya.
Ia mengatakan, Kemenhan RI pada tahun 2016 telah memesan bom dan rudal ke pabriknya sebanyak 2.200 unit, dan tahun 2017 ada peningkatan sekitar 500 unit.
Ia menjelaskan, salah satu kendala produksi alutsista dalam negeri berkembang adalah kurangnya kepercayaan dan terbatasnya anggaran negara dalam pembeli, meski secara kualitas sangat bagus dan tidak kalah dengan negara lain.
"Oleh karena itu, kunjungan ini menjadi semangat bagi kami untuk tetap berproduksi, dan kami meminta agar ada kontrak jangka panjang dalam memproduksi alutsista, sehingga bisa berkesinambungan," tuturnya.
Dalam kunjungan itu yang hadir antara lain Meutya Hafid Wakil Ketua Komisi I dari Partai Golkar, dan beberapa Anggota Komisi I seperti Elnino M Husaen dan Rachel Maryam.(*)
Sebelas Anggota Komisi I DPR RI melakukan kunjungan kerja ke pabrik pembuatan bom dan rudal PT Sari Bahari, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur untuk mengetahui lebih dekat proses pembuatan alutsista pesanan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI, Jumat.
"Ini sebagai kunjungan kerja dan menyerap aspirasi, serta melihat proses pembuatan alat utama sistem persenjataan pesanan Kemenhan RI, sekaligus hasil kunjungan akan kami jadikan bahan Raker dengan Kemenhan," kata salah satu Anggota Komisi I dari Partai Gerindra Rachel Maryam ditemui di sela kunjungan di Malang.
Dalam kunjungan yang dipimpin Wakil Ketua Komisi I Mayjen (Purn) Asril Hamzah Tanjung itu, juga bertujuan mendorong produk alutsista dalam negeri berkembang, karena secara kualitas tidak kalah dengan luar negeri.
"Produk alutsista dalam negeri harus diberi ruang secara lebar untuk berkembang, agar ketika negara terkena embargo tidak kebingungan dalam memproduksi senjata," ujar Asril yang merupakan politisi asal Partai Gerindra tersebut.
Ia mengatakan, selama ini ketergantungan Indonesia dengan produk alutsista luar negeri masih sangat tinggi, sekitar 90 persen dari total kebutuhan yang ada.
"Oleh karena itu, dalam kunjungan ini kami mengimbau kepada pemerintah untuk tidak ketergantungan dengan alutsista pihak luar, dan TNI bisa memaksimalkan keberadaan pabrik-pabrik pembuatan alutsista dalam negeri seperti PT Sari Bahari," ucapnya.
Sementara itu Direktur PT Sari Bahari, Ricki Hendrik Egam mengapresiasi kunjungan sebelas Anggota Komisi I DPR RI ke pabriknya, dan berharap adanya dorongan dari anggota legislatif agar pabriknya terus mampu memproduksi alutsista.
"Sampai saat ini, penjualan bom atau rudal produksi kami masih ke TNI, meski tahun lalu telah menerima permintaan dan ekspor ke Chili," katanya.
Ia mengatakan, Kemenhan RI pada tahun 2016 telah memesan bom dan rudal ke pabriknya sebanyak 2.200 unit, dan tahun 2017 ada peningkatan sekitar 500 unit.
Ia menjelaskan, salah satu kendala produksi alutsista dalam negeri berkembang adalah kurangnya kepercayaan dan terbatasnya anggaran negara dalam pembeli, meski secara kualitas sangat bagus dan tidak kalah dengan negara lain.
"Oleh karena itu, kunjungan ini menjadi semangat bagi kami untuk tetap berproduksi, dan kami meminta agar ada kontrak jangka panjang dalam memproduksi alutsista, sehingga bisa berkesinambungan," tuturnya.
Dalam kunjungan itu yang hadir antara lain Meutya Hafid Wakil Ketua Komisi I dari Partai Golkar, dan beberapa Anggota Komisi I seperti Elnino M Husaen dan Rachel Maryam.(*)
★ antara
Post a Comment