Tim Parako Kopassus Spesialis Perang Hutan
Tim Parako Kopassus dengan seragam SAMAR [Mylesat]
Setapak menjelang masuk ke medan survival Kopassus di Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (Pusdiklatpassus) Situ Lembang, Bandung (16/3/2018), Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto sudah ditunggu prajurit dari Tim Parako Kopassus, spesialis perang hutan.
Tim Parako ini berdiri dalam posisi berbanjar, mengenakan pakaian perang hutan plus peralatan dan persenjataan lengkap. Profil mereka terlihat ideal sebagai pasukan khusus, dengan tinggi rata-rata sekitar 170 cm.
Yang langsung menyita mata dari sosok prajurit Parako ini adalah seragam yang mereka kenakan. Dinamakan SAMAR, yang merupakan singkatan dari Spektrum Adaptasi Mata Anti Refleksi, pakaian dinas lapangan (PDL) ini terlihat begitu menyatu dengan warna hijau di belakang mereka.
Seragam terbaru yang disebut juga hijau lumut ini, memiliki tingkat kamuflase yang nyaris sempurna. Apalagi saat berbanjar itu, di belakang pasukan adalah hutan tropis yang didominasi warna hijau. Perfect camouflage.
Secara spontan, Panglima TNI awalnya sempat menduga seragam ini buatan luar negeri. “Bagus, warnanya sangat cocok karena menyatu dengan alam, saya kira awalnya dari luar,” ujar Marsekal Hadi.
KSAD Jenderal Mulyono yang mendampingi Panglima TNI pun terpancing ingin tahu asal muasalnya. “Dikembangkan melalui swadaya Kopassus dan sudah direkomendasi Kopassus,” aku seorang perwira yang menjadi narator saat menjawab pertanyaan KSAD. Ia juga menyebutkan bahwa seragam SAMAR dibuat di Cimahi.
Perwira ini kemudian memberikan penjelasan singkat kepada Panglima TNI mengenai detail perlengkapan Parako, serta pembagian tugas dari setiap orang dalam sebuah tim tempur perang hutan.
Jika dilihat dari dekat, seragam SAMAR yang didominasi warna olive green menggunakan bahan dasar ripstop yang lazim digunakan untuk seragam militer karena tidak mudah robek. Warna-warna alam lainnya seperti brown dan khaki juga digunakan secara ngacak dalam kolom-kolom desain modifikasi pixel.
Baik Panglima TNI, KSAD, dan perwira petinggi lainnya yang hadir mengakui sempurnanya desain SAMAR dalam vegetasi Indonesia.
Kepada Marsekal Hadi, perwira narator kemudian memperkenalkan sosok prajurit Parako yang di antara sukses mereka adalah pada akhir tahun lalu berhasil membebaskan sandera di Distrik Tembagapura, Papua.
Mulai dari atas kepala, setiap prajurit menggunakan topi rimba dan alat pandang malam AN/PVS-14 Monocular Night Vision Device (MNVD). Setiap prajurit juga membawa adventure lights yang disangkutkan di rompi serbu.
Dalam penggunaan militer, adventure lights yang kedap air dan tahan menghadapi benturan sangat dibutuhkan sebagai salah satu tanda kenal dalam kondisi SOS. Untuk kebutuhan militer, lampur strobo digunakan dalam fungsi infra merah untuk membantu saat NVG digunakan.
Membuat Panglima TNI kagum, pakaian dan semua asesoris yang digunakan ternyata buatan dalam negeri. Seperti ransel Kartika buatan PT Sritex. Ransel ini dikatakan sudah teruji dalam pembebasan sandera di Tembagapura. Ransel Kartika mampu membawa bekal untuk lima hari penugasan.
Begitupun rompi, juga produk dalam negeri. Rompi ini dilengkapi tiga kantong magasin. Setiap prajurit juga membawa granat tajam bertahan JT-05PE buatan Korea dan kantong P3K.
Tentu saja alat komunikasi berupa radio perorangan keluaran Harris yang jamak digunakan di lingkungan TNI.
Untuk persenjataan, setiap prajurit Parako terlihat dibekali pistol SiG-Sauer kaliber 9mm produksi Jerman. Tampilan mereka semakin keren dengan penggunaan speed holster buatan Safariland dari Amerika Serikat.
Holster atau sarung senjata dengan karakteristik seperti ini didesain untuk menghadapi situasi taktis, yang memberikan kecepatan reaksi bagi penggunanya untuk mengambil pistolnya. Holster yang digunakan saat ini rata-rata sudah memiliki sistem penguncian mandiri dan tidak kaku.
Menurut beberapa anggota Kopassus kepada mylesat.com, Tim Parako spesialis perang hutan ini berada di Satuan 81 Kopassus. Bangga dan kagum melihat pasukan setangguh Tim Parako.
Inilah salah satu pasukan terbaik yang dimiliki TNI, dan tentunya menjadi commander asset yang sangat diandalkan bagi Panglima TNI dalam menghadapi perang hutan.
Setapak menjelang masuk ke medan survival Kopassus di Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (Pusdiklatpassus) Situ Lembang, Bandung (16/3/2018), Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto sudah ditunggu prajurit dari Tim Parako Kopassus, spesialis perang hutan.
Tim Parako ini berdiri dalam posisi berbanjar, mengenakan pakaian perang hutan plus peralatan dan persenjataan lengkap. Profil mereka terlihat ideal sebagai pasukan khusus, dengan tinggi rata-rata sekitar 170 cm.
Yang langsung menyita mata dari sosok prajurit Parako ini adalah seragam yang mereka kenakan. Dinamakan SAMAR, yang merupakan singkatan dari Spektrum Adaptasi Mata Anti Refleksi, pakaian dinas lapangan (PDL) ini terlihat begitu menyatu dengan warna hijau di belakang mereka.
Seragam terbaru yang disebut juga hijau lumut ini, memiliki tingkat kamuflase yang nyaris sempurna. Apalagi saat berbanjar itu, di belakang pasukan adalah hutan tropis yang didominasi warna hijau. Perfect camouflage.
Secara spontan, Panglima TNI awalnya sempat menduga seragam ini buatan luar negeri. “Bagus, warnanya sangat cocok karena menyatu dengan alam, saya kira awalnya dari luar,” ujar Marsekal Hadi.
KSAD Jenderal Mulyono yang mendampingi Panglima TNI pun terpancing ingin tahu asal muasalnya. “Dikembangkan melalui swadaya Kopassus dan sudah direkomendasi Kopassus,” aku seorang perwira yang menjadi narator saat menjawab pertanyaan KSAD. Ia juga menyebutkan bahwa seragam SAMAR dibuat di Cimahi.
Perwira ini kemudian memberikan penjelasan singkat kepada Panglima TNI mengenai detail perlengkapan Parako, serta pembagian tugas dari setiap orang dalam sebuah tim tempur perang hutan.
Jika dilihat dari dekat, seragam SAMAR yang didominasi warna olive green menggunakan bahan dasar ripstop yang lazim digunakan untuk seragam militer karena tidak mudah robek. Warna-warna alam lainnya seperti brown dan khaki juga digunakan secara ngacak dalam kolom-kolom desain modifikasi pixel.
Baik Panglima TNI, KSAD, dan perwira petinggi lainnya yang hadir mengakui sempurnanya desain SAMAR dalam vegetasi Indonesia.
Kepada Marsekal Hadi, perwira narator kemudian memperkenalkan sosok prajurit Parako yang di antara sukses mereka adalah pada akhir tahun lalu berhasil membebaskan sandera di Distrik Tembagapura, Papua.
Mulai dari atas kepala, setiap prajurit menggunakan topi rimba dan alat pandang malam AN/PVS-14 Monocular Night Vision Device (MNVD). Setiap prajurit juga membawa adventure lights yang disangkutkan di rompi serbu.
Dalam penggunaan militer, adventure lights yang kedap air dan tahan menghadapi benturan sangat dibutuhkan sebagai salah satu tanda kenal dalam kondisi SOS. Untuk kebutuhan militer, lampur strobo digunakan dalam fungsi infra merah untuk membantu saat NVG digunakan.
Membuat Panglima TNI kagum, pakaian dan semua asesoris yang digunakan ternyata buatan dalam negeri. Seperti ransel Kartika buatan PT Sritex. Ransel ini dikatakan sudah teruji dalam pembebasan sandera di Tembagapura. Ransel Kartika mampu membawa bekal untuk lima hari penugasan.
Begitupun rompi, juga produk dalam negeri. Rompi ini dilengkapi tiga kantong magasin. Setiap prajurit juga membawa granat tajam bertahan JT-05PE buatan Korea dan kantong P3K.
Tentu saja alat komunikasi berupa radio perorangan keluaran Harris yang jamak digunakan di lingkungan TNI.
Untuk persenjataan, setiap prajurit Parako terlihat dibekali pistol SiG-Sauer kaliber 9mm produksi Jerman. Tampilan mereka semakin keren dengan penggunaan speed holster buatan Safariland dari Amerika Serikat.
Holster atau sarung senjata dengan karakteristik seperti ini didesain untuk menghadapi situasi taktis, yang memberikan kecepatan reaksi bagi penggunanya untuk mengambil pistolnya. Holster yang digunakan saat ini rata-rata sudah memiliki sistem penguncian mandiri dan tidak kaku.
Menurut beberapa anggota Kopassus kepada mylesat.com, Tim Parako spesialis perang hutan ini berada di Satuan 81 Kopassus. Bangga dan kagum melihat pasukan setangguh Tim Parako.
Inilah salah satu pasukan terbaik yang dimiliki TNI, dan tentunya menjadi commander asset yang sangat diandalkan bagi Panglima TNI dalam menghadapi perang hutan.
Post a Comment