[Dunia] Malaysia Akui Sulit Mengamankan Kapal Ikan dari Penyanderaan
Duta Besar Malaysia untuk Indonesia mengungkapkan bahwa patroli laut negaranya kesulitan mengamankan kapal ikan dari ancaman penyanderaan di perairan Sabah. (Dok. Arlan Mobilingo) ★
Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Dato Zahrain Mohamed Hashim mengungkapkan bahwa patroli laut di negaranya kesulitan mengamankan kapal ikan dari ancaman penyanderaan yang marak terjadi di perairan Sabah, meski mereka telah mencoba memperkuat keamanan di wilayah itu.
Dalam setahun terakhir, setidaknya tercatat enam kali penyanderaan anak buah kapal warga negara Indonesia di perairan Sabah itu. Kasus teranyar yakni penyanderaan dua warga Sulawesi Tenggara yang merupakan nahkoda kapal ikan Malaysia pada 5 November lalu. Tak berselang lama, pada 19 Desember dua WNI kembali diculik diperairan itu.
Ditemui di kantor Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, Zahrain mengungkapkan bahwa pemerintah Malaysia sudah lama menerapkan jalur khusus bagi kapal-kapal kargo di perairan itu, yang dipastikan aman di bawah pengawasan petugas patroli laut Malaysia.
Namun selama ini, para pembajak justru menargetkan kapal nelayan untuk menjadi sandera mereka. Zahrain menyebut pergerakan kapal ikan sulit dipantai patroli laut Malaysia.
“Kapal kargo atau perdagangan jauh lebih aman daripada kapal ikan. Kapal kargo memiliki rute dan jalur yang jelas sehingga kapal patroli mudah mengawasinya,” kata Zahrain, Kamis (22/12).
“Sedangkan kapal nelayan selalu berpencar untuk mencari ikan sehingga sulit bagi kami untuk mengawasinya. Kelemahan ini lah yang dijadikan para penyandera sebagai kesempatan mereka,” ujarnya.
Selain itu, Zahrain juga memaparkan bahwa para pembajak kerap menargetkan kapal ikan yang berisikan ABK asing. Pasalnya, hal ini cenderung lebih menguntungkan pihak penyadera yang bisa bernegosiasi dengan dua negara.
Menurut Zahrain, perlu ada mekanisme baru mengenai prosedur operasi kapal ikan dan perekrutan para ABK untuk meminimalisir insiden penyanderaan.
Zahrain menegaskan bahwa Malaysia terus berupaya menjalankan tugas dan tanggung jawabnya mengamankan wilayah perairan negaranya yang juga tertuang dalam kesepakatan trilateral antara Filipina, Indonesia, dan Malaysia mengenai "patroli laut bersama."
"Persetujuan ‘patroli bersama’ trilateral itu sudah berlaku. Tanggung jawab untuk ketiga negara memperkuat pengamanan perairan di wilayah masing-masing," kata Zahrain.
"Jelas komitmen pengamanan Malaysia di perairan itu [Sabah] sangat penting. Kami terus berupaya memperkuat pengamanan di sana, tapi kita juga harus sadar bahwa perairan itu besar dan membutuhkan biaya besar," ujarnya. (ama)
Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Dato Zahrain Mohamed Hashim mengungkapkan bahwa patroli laut di negaranya kesulitan mengamankan kapal ikan dari ancaman penyanderaan yang marak terjadi di perairan Sabah, meski mereka telah mencoba memperkuat keamanan di wilayah itu.
Dalam setahun terakhir, setidaknya tercatat enam kali penyanderaan anak buah kapal warga negara Indonesia di perairan Sabah itu. Kasus teranyar yakni penyanderaan dua warga Sulawesi Tenggara yang merupakan nahkoda kapal ikan Malaysia pada 5 November lalu. Tak berselang lama, pada 19 Desember dua WNI kembali diculik diperairan itu.
Ditemui di kantor Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, Zahrain mengungkapkan bahwa pemerintah Malaysia sudah lama menerapkan jalur khusus bagi kapal-kapal kargo di perairan itu, yang dipastikan aman di bawah pengawasan petugas patroli laut Malaysia.
Namun selama ini, para pembajak justru menargetkan kapal nelayan untuk menjadi sandera mereka. Zahrain menyebut pergerakan kapal ikan sulit dipantai patroli laut Malaysia.
“Kapal kargo atau perdagangan jauh lebih aman daripada kapal ikan. Kapal kargo memiliki rute dan jalur yang jelas sehingga kapal patroli mudah mengawasinya,” kata Zahrain, Kamis (22/12).
“Sedangkan kapal nelayan selalu berpencar untuk mencari ikan sehingga sulit bagi kami untuk mengawasinya. Kelemahan ini lah yang dijadikan para penyandera sebagai kesempatan mereka,” ujarnya.
Selain itu, Zahrain juga memaparkan bahwa para pembajak kerap menargetkan kapal ikan yang berisikan ABK asing. Pasalnya, hal ini cenderung lebih menguntungkan pihak penyadera yang bisa bernegosiasi dengan dua negara.
Menurut Zahrain, perlu ada mekanisme baru mengenai prosedur operasi kapal ikan dan perekrutan para ABK untuk meminimalisir insiden penyanderaan.
Zahrain menegaskan bahwa Malaysia terus berupaya menjalankan tugas dan tanggung jawabnya mengamankan wilayah perairan negaranya yang juga tertuang dalam kesepakatan trilateral antara Filipina, Indonesia, dan Malaysia mengenai "patroli laut bersama."
"Persetujuan ‘patroli bersama’ trilateral itu sudah berlaku. Tanggung jawab untuk ketiga negara memperkuat pengamanan perairan di wilayah masing-masing," kata Zahrain.
"Jelas komitmen pengamanan Malaysia di perairan itu [Sabah] sangat penting. Kami terus berupaya memperkuat pengamanan di sana, tapi kita juga harus sadar bahwa perairan itu besar dan membutuhkan biaya besar," ujarnya. (ama)
★ CNN
Post a Comment