3 Sukhoi Stand by Di Tarakan
✈️ Siaga di Langit Kaltara✈️ STAND BY: Tiga unit pesawat tempur TNI jenis Sukhoi, tipe SU 30, akan stand by selama 1 bulan di Tarakan. [JOHANNY/RADAR TARAKAN]
Tiga unit pesawat tempur TNI jenis Sukhoi, tipe SU 30, kembali stand by di Tarakan. Ketiga Suhkoi ini tiba di Tarakan pada Jumat (16/6), pukul 10.10 Wita dan parkir di Apron Lanud Tarakan, Kalimantan Utara.
Komandan Lanud Tarakan, Kolonel Pnb Didik Krisyanto mengatakan, 3 unit pesawat Sukhoi SU-27/30 milik TNI Angkatan Udara (AU) yang terangkai dalam 1 flight ini akan dilibatkan dalam rangka launching Maritime Command Center (MCC) yang di dalamnya melibatkan tiga Negara, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Selain terlibat dalam peresmian MCC ini, tiga unit pesawat Sukhoi tersebut akan stand by selama 1 bulan di Tarakan dalam upaya antisipasi akibat terjadinya pergolakan di Marawi, Filipina. (*/jhn/ddq)
Pantau Jalur-Jalur Tikus saat Beroperasi
MENGEJAR SUKHOI: Tiga pesawat Sukhoi SU-27/30 landing di Lanud Tarakan. Tiga pesawat Sukhoi tersebut akan terlibat dalam acara launching MCC yang diikuti tiga negara sekaligus. Indonesia, Malaysia dan Filipina. Tampak salah satu petugas darat usai memandu pesawat Sukhoi dan berlari mengikuti Sukhoi menuju apron parkir pesawat, Jumat (16/6). [JOHANNY SILITONGA/RADAR TARAKAN]
Pesawat tempur militer buatan Rusia sebanyak 3 unit, kemarin landing di Pangkalan Udara Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara). Rencananya ketiga pesawat Sukhoi SU-27/30 akan dilibatkan pada launching Maritime Command Center (MCC) pada Senin 19 Juni.
Kepala Pangkalan Udara Tarakan Kolonel Pnb Didik Kristyanto mengatakan, saat ini kedatangan 3 unit pesawat Sukhoi SU-27/30 dalam rangkaian 1 flight. Yang mana launching MCC tersebut melibatkan 3 negara yakni Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
“Nantinya akan ditambahkan juga dalam launching MMC tersebut 1 flight pesawat maritim,” tuturnya.
Hal tersebut sesuai dengan komitmen awal Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) yang akan mengelar rangkaian 1 flight Sukhoi di Pangkalan Udara Tarakan, dalam operasi yang akan dilaksanakan selama kegiatan pengamanan perairan Sulu, Filipina.
“Jenis pesawat Sukhoi tersebut dikomandani Letkol Pnb David Ali Hamzah selaku Komandan Skadron Udara 11 Wing 5 Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin Makassar,” ungkapnya.
Setelah launching pesawat tersbeut akan berada di Kaltara selama sebulan dalam rangka operasi pengamanan dan antisipasi terhadap ekses atau akibat terjadinya pergolakan di Filipina khususnya di wilayah Marawi Filipina.
“Pengamanan perairan untuk mengantisipasi kemungkinan gerakan ISIS yang masuk ke wilayah Tarakan,” ujarnya.
3 unit pesawat Sukhoi tersebut, merupakan jenis pesawat pemukul yang akan segera bergerak ketika ditemukan adanya ancaman-ancaman di wilayah perairan negara Indonesia khususnya wilayah Kaltara. Termasuk juga akan bergerak apabila diketahui terdapat ancaman-ancaman yang menggunakan wahana udara lainnya.
“Ini komitmen kami semenjak awal,” tuturnya.
Pihaknya tidak dapat melakukan pengamanan tanpa melibatkan unsur terkait lainnya. Unsur-unsur yang dilibatkan dalam upaya pengamanan perairan, udara, dan wilayah Indonesia serta bentuk antisipasinya berasal dari TNI AL dengan KRI yang ada serta dari TNI AU dengan rangkaian 1 flight Sukhoi dan TNI AD.
“Ada juga pesawat udara dari TNI AL” tuturnya.
Pasukan yang dipersiapkan dari TNI AD yakni Batalyon Infanteri Raider 613/Raja Alam serta satgas juga dipersiapkan. Sementara dari TNI AL yang juga telah datang dan telah merapat di Pangkalan Angkatan laut 13 Tarakan yaitu KRI Pulau Rupat, KRI Teluk Ratai dan KRI Soeharso.
“Sudah merapat semua ke Tarakan,” ujarnya.
Hingga saat ini pihaknya belum melihat dan menemukan adanya indikasi-indikasi kerawanan akibat pergerakan ISIS ke wilayah Indonesia. Namun pihaknya tetap waspada dan jeli dalam mengintai pintu masuk melalui udara terhadap semua jalur-jalur “tikus”, dengan melakukan pemantauan secara rutin menggunakan pesawat patroli maritim.
“Apabila ditemukan indikasinya, maka kami akan berkoordinasi dengan TNI AL dan TNI AD bahwa ada suatu kerawanan yang mengancam masuk ke Indonesia,” jelasnya.
Selanjutnya pihaknya akan melaporkan kepada pimpinan, dalam hal ini Pangkosek maupun Pangkoop untuk menggerakan pesawat penindak apabila kerawanan tersebut makin meluas atau tidak bisa diantispasi atau dihadapi. “Untuk itu pesawat-pesawat pemukul ini didekatkan ke Pangkalan operasi Tarakan,” pungkasnya. (*/jhn/nri)
Tiga unit pesawat tempur TNI jenis Sukhoi, tipe SU 30, kembali stand by di Tarakan. Ketiga Suhkoi ini tiba di Tarakan pada Jumat (16/6), pukul 10.10 Wita dan parkir di Apron Lanud Tarakan, Kalimantan Utara.
Komandan Lanud Tarakan, Kolonel Pnb Didik Krisyanto mengatakan, 3 unit pesawat Sukhoi SU-27/30 milik TNI Angkatan Udara (AU) yang terangkai dalam 1 flight ini akan dilibatkan dalam rangka launching Maritime Command Center (MCC) yang di dalamnya melibatkan tiga Negara, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Selain terlibat dalam peresmian MCC ini, tiga unit pesawat Sukhoi tersebut akan stand by selama 1 bulan di Tarakan dalam upaya antisipasi akibat terjadinya pergolakan di Marawi, Filipina. (*/jhn/ddq)
Pantau Jalur-Jalur Tikus saat Beroperasi
MENGEJAR SUKHOI: Tiga pesawat Sukhoi SU-27/30 landing di Lanud Tarakan. Tiga pesawat Sukhoi tersebut akan terlibat dalam acara launching MCC yang diikuti tiga negara sekaligus. Indonesia, Malaysia dan Filipina. Tampak salah satu petugas darat usai memandu pesawat Sukhoi dan berlari mengikuti Sukhoi menuju apron parkir pesawat, Jumat (16/6). [JOHANNY SILITONGA/RADAR TARAKAN]
Pesawat tempur militer buatan Rusia sebanyak 3 unit, kemarin landing di Pangkalan Udara Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara). Rencananya ketiga pesawat Sukhoi SU-27/30 akan dilibatkan pada launching Maritime Command Center (MCC) pada Senin 19 Juni.
Kepala Pangkalan Udara Tarakan Kolonel Pnb Didik Kristyanto mengatakan, saat ini kedatangan 3 unit pesawat Sukhoi SU-27/30 dalam rangkaian 1 flight. Yang mana launching MCC tersebut melibatkan 3 negara yakni Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
“Nantinya akan ditambahkan juga dalam launching MMC tersebut 1 flight pesawat maritim,” tuturnya.
Hal tersebut sesuai dengan komitmen awal Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) yang akan mengelar rangkaian 1 flight Sukhoi di Pangkalan Udara Tarakan, dalam operasi yang akan dilaksanakan selama kegiatan pengamanan perairan Sulu, Filipina.
“Jenis pesawat Sukhoi tersebut dikomandani Letkol Pnb David Ali Hamzah selaku Komandan Skadron Udara 11 Wing 5 Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin Makassar,” ungkapnya.
Setelah launching pesawat tersbeut akan berada di Kaltara selama sebulan dalam rangka operasi pengamanan dan antisipasi terhadap ekses atau akibat terjadinya pergolakan di Filipina khususnya di wilayah Marawi Filipina.
“Pengamanan perairan untuk mengantisipasi kemungkinan gerakan ISIS yang masuk ke wilayah Tarakan,” ujarnya.
3 unit pesawat Sukhoi tersebut, merupakan jenis pesawat pemukul yang akan segera bergerak ketika ditemukan adanya ancaman-ancaman di wilayah perairan negara Indonesia khususnya wilayah Kaltara. Termasuk juga akan bergerak apabila diketahui terdapat ancaman-ancaman yang menggunakan wahana udara lainnya.
“Ini komitmen kami semenjak awal,” tuturnya.
Pihaknya tidak dapat melakukan pengamanan tanpa melibatkan unsur terkait lainnya. Unsur-unsur yang dilibatkan dalam upaya pengamanan perairan, udara, dan wilayah Indonesia serta bentuk antisipasinya berasal dari TNI AL dengan KRI yang ada serta dari TNI AU dengan rangkaian 1 flight Sukhoi dan TNI AD.
“Ada juga pesawat udara dari TNI AL” tuturnya.
Pasukan yang dipersiapkan dari TNI AD yakni Batalyon Infanteri Raider 613/Raja Alam serta satgas juga dipersiapkan. Sementara dari TNI AL yang juga telah datang dan telah merapat di Pangkalan Angkatan laut 13 Tarakan yaitu KRI Pulau Rupat, KRI Teluk Ratai dan KRI Soeharso.
“Sudah merapat semua ke Tarakan,” ujarnya.
Hingga saat ini pihaknya belum melihat dan menemukan adanya indikasi-indikasi kerawanan akibat pergerakan ISIS ke wilayah Indonesia. Namun pihaknya tetap waspada dan jeli dalam mengintai pintu masuk melalui udara terhadap semua jalur-jalur “tikus”, dengan melakukan pemantauan secara rutin menggunakan pesawat patroli maritim.
“Apabila ditemukan indikasinya, maka kami akan berkoordinasi dengan TNI AL dan TNI AD bahwa ada suatu kerawanan yang mengancam masuk ke Indonesia,” jelasnya.
Selanjutnya pihaknya akan melaporkan kepada pimpinan, dalam hal ini Pangkosek maupun Pangkoop untuk menggerakan pesawat penindak apabila kerawanan tersebut makin meluas atau tidak bisa diantispasi atau dihadapi. “Untuk itu pesawat-pesawat pemukul ini didekatkan ke Pangkalan operasi Tarakan,” pungkasnya. (*/jhn/nri)
Post a Comment