Wiranto Ungkap Syarat Kerja Sama Alutsista dengan Negara Lain

Harus Ada Alih Teknologi https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-M9Yh8dhO0ic_RQIeUdWK-grM0qkhnbNS4A1o8EbXAuG9g1SL3Ep6z09Sv382UvuiF0eR_VTwQn3ZW90oTg1pp8SdJGIrfdGtmnKjnJlDtr9W_ru4bvFlphQfc0MGVSdLpwliJSgJRcPP/s1600/pkr+10514+331+REM.jpgKRI REM 331, PKR 10514 [Damen]

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto menegaskan ada syarat yang harus dipenuhi dalam kerja sama dengan negara lain terkait alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Menurut Wiranto, harus ada transfer atau alih teknologi dalam kerja sama memproduksi senjata dengan negara lain.

Tidak hanya itu, lanjut Wiranto, konten atau material yang digunakan dalam pembuatan maka harus ada transfer teknologi dan menggunakan material dari Indonesia.

"Itu persyaratan yang harus masuk dalam satu kerja sama pembuatan alutsista sehingga suatu saat kita tidak perlu mengimpor lagi, jadi bisa buat industri di sini," ujar Wiranto usai menerima Duta Besar Spanyol, Jose Marin Matres Manso di Kantor Kemenko Polhukam, Rabu (21/6/2017).

Di Indonesia, kata dia, industri alutsista bukan perkara yang mudah karena selalu dikaitkan dengan mekanisme pasar.

Wiranto mencontohkan dalam memproduksi pesawat terbang. Menurut dia, negara akan merugi karena tidak sanggup untuk memberikan subsidi.

Oleh karena itu, kata dia, langkah yang tepat adalah melakukan ekspansi ke luar negeri untuk memperoleh dana.

"Tidak mudah untuk kemudian membuka industri persenjataan dan kelengkapan perang di Indonesia sendiri. Kita mesti cari pasar, pasar ini kan sangat ketat ya," ucapnya. (dam)

  sindonews