[Dunia] Filipina Kirim Lebih Banyak Tentara

Habisi Teroris di Marawi Pasukan marinir Filipina [REUTERS/Erik De Castro]

Militer Filipina mengerahkan lebih banyak tentara ke kota Marawi selatan, yang diserang oleh militan Islam pekan lalu. Tentara telah merebut sekitar 90 persen wilayah Marawi dari kelompok yang bersumpah setia kepada ISIS itu.

Pihak militer mengatakan pertempurang sengit dengan kelompok pemberontak Maute di Marawi masih terjadi dan sejauh ini telah menewaskan 130 orang.

Juru bicara Komite Manajemen Krisis Provinsi Zia Alonto Adiong mengatakan kepada wartawan bahwa sekitar 34 warga diselamatkan oleh tentara setelah mendapat lebih banyak pemberontak. Dia memperkirakan lebih dari 2.000 orang masih terjebak di dalam kota seperti dikutip dari Euronews, Kamis (1/6/2017).

Kekerasan meletus di Marawi pada 23 Mei lalu setelah tentara melancarkan serangan untuk menangkap pemimpin militan Isnilon Hapilon. Hapilon telah ditunjuk sebagai pemimpin cabang negara Asia Tenggara.

Tapi misi tersebut menjadi kacau dan Hapilon berhasil lolos dengan pejuang yang setia kepadanya mengejutkan kekuatan pemerintah dengan senjata mereka. Mereka melakukan perlawanan dan menguasai kota Marawi selatan.

Sebagai tanggapan Presiden Rodrigo Duterte mengumumkan darurat militer di wilayah tersebut. Duterte khawatir ekstremisme dapat menyebar lebih jauh ke seluruh penjuru selatan negara itu.

Lebih jauh, Duterte mengajak milisi Moro dan pemberontak Maois untuk bergabung memberangus kelompok ISIS dari Filipina. Duterte bahkan siap membayar dan memberikan rumah jika mereka bersedia bergabung untuk mengalahkan musuh bersama yaitu kelompok Maute.

 Serangan Udara Filipina Tewaskan 10 Tentara Pemerintah 
An OV-10 bomber flies to drop bombs during a continuous assault with insurgents from the so-called Maute group in Marawi City. REUTERS/Romeo RanocoPesawat OV10 Bronco turut bombardir Kelompok Maute [REUTERS/Erik De Castro]

Menteri Pertahanan Filipina mengatakan serangan udara selama operasi militer untuk mengusir pemberontak Islam keluar dari kota Marawi menewaskan 10 tentara pemerintah. Insiden ini adalah pukulan besar terhadap upaya untuk mengalahkan pemberontak Maute yang terkait dengan kelompok ISIS.

"Tujuh tentara lainnya terluka pada hari Rabu ketika dua pesawat tempur gabungan SF-260 menjatuhkan bom pada sasaran di jantung Kota Marawi," kata Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana dalam sebuah konferensi pers. Pesawat pertama berhasil mengenai sasaran tapi yang kedua meleset.

"Sangat menyedihkan bisa menghantam pasukan kita sendiri. Pasti ada kesalahan di suatu tempat, entah seseorang yang mengarahkan dari darat, atau pilotnya," imbuh Lorenzana seperti dikutip dari Reuters, Kamis (1/6/2017).

Angkatan bersenjata telah menggunakan kombinasi pasukan darat dan serangan roket dari helikopter sejak akhir pekan untuk mencoba memukul kelompok pemberontak Maute dari bangunan. Rabu adalah hari pertama pesawat SF-260 dikerahkan.

Tewasnya tentara tersebut menyebabkan jumlah pasukan keamanan terbunuh menjadi 38, dengan 19 warga sipil dan 120 pejuang pemberontak tewas dalam pertempuran di Marawi selama sembilan hari terakhir.

Lorenzana mengatakan bahwa militan merupakan warga Arab Saudi, Malaysia, Indonesia, Yaman dan Chechnya termasuk di antara delapan orang asing yang tewas dalam pertempuran dengan pemberontak Maute.

Dalam pesan teks sebelumnya kepada wartawan, dia mengatakan tentang insiden "tembakan teman sendiri": "Terkadang hal itu terjadi, kadang-kadang kabut perang. Koordinasi tidak dilakukan dengan benar sehingga kita memukul orang-orang kita sendiri."

Lorenzana mengatakan bahwa militer mungkin akan menangguhkan serangan udara, menggambarkan pemberontak sebagai kekuatan kecil yang "tidak dapat bertahan lama".

Militer melakukan serangan udara di lokasi di mana diyakini Isnilon Hapilon bersembunyi. Isnilon adalah sosok yang disebut sebagai "emir" ISIS dan menunjuk orang untuk operasinya di Filipina.

Konflik pecah di Marawi mulai pada tanggal 23 Mei ketika pemberontak Maute mengamuk, membakar dan merebut bangunan, mencuri senjata dan kendaraan polisi. Mereka juga menyandera dan membebaskan tahanan untuk bergabung dalam peperangan mereka.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte khawatir ideologi radikal menyebar di Filipina selatan dan bisa menjadi tempat berlindung bagi militan dari Asia Tenggara dan sekitarnya. (ian)

 Milisi dari 5 Negara 
Government troops during an assault on insurgents. REUTERS/Romeo Ranoco[REUTERS/Romeo Ranoco]

Menteri Pertahahan Filipina, Delfin Lorenzana mengatakan, milisi dari lima negara bergabung dengan kelompok Maute di Marawi, Filipina selatan. Marawi sejauh ini masih dikuasai oleh kelompok Maute, kelompok milisi Filipina yang sudah menyatakan sumpah setia pada ISIS.

"Militan dari lima negara berada di antara delapan orang asing yang terbunuh saat terjadi perang antara kelompok milisi dengan pasukan pemerintah di Filipina selatan," kata Lorenzana, seperti dilansir Reuters pada Kamis (1/6).

"Mereka adalah warga Arab Saudi, Malaysia, Indonesia, Yaman dan Chechnya. Mereka berada di antara korban tewas yang ditemukan di Kota Marawi selama sepekan terakhir. Delapan orang yang tewas diketahui bergabung dengan kelompok pemberontak," sambungnya.

Terkait dengan milisi asal Indonesia, Kementerian Luar Negeri Indonesia mengaku sedang mencoba mengklarifikasi kabar tersebut. Kemlu menyebut, kabar kematian seorang WNI itu mereka dapatkan dari Angkatan Bersenjata Filipina (AFP).

"Kami mendapatkan informasi tersebut dari AFP. Namun, kami masih meminta klarifikasi lebih lanjut," kata Direktur Perlindungan Warga Negara dan Badan Hukum Indonesia Kemlu RI, Lalu Muhammad Iqbal. (esn)


  ★ sindonews