Indonesia-Australia perlu lanjutkan kerja sama pertahanan

Ilustrasi latma Indonesia dan Australia

Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson menilai Indonesia dan Australia perlu melanjutkan kerja sama di bidang pertahanan untuk menghadapi tantangan yang mengancam stabilitas keamanan di kawasan Indo-Pasifik.

Untuk itu, menurut Grigson di Jakarta, Senin, pertemuan bilateral antarmenteri pertahanan kedua negara seperti yang dilaksanakan di Fleet Base East Garden Island, Sydney, Australia, pada 16 Maret perlu lebih sering diselenggarakan.

"Saya rasa kedua negara sama-sama mendapat manfaat dari kerja sama pertahanan," ujarnya.

Pertemuan reguler yang diselenggarakan untuk membicarakan kepentingan bersama kedua negara, juga dianggap sebagai kesempatan berbagi ilmu dan pengalaman untuk menghadapi berbagai tantangan global di bidang pertahanan.

"Maka penting bagi kedua negara untuk terus bekerja sama, itulah yang menjadi poin penting pertemuan kedua menteri pertahanan," katanya.

Dalam pertemuan tersebut, Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu dan Menteri Pertahanan Australia Marise Payne membahas kerja sama bilateral dan dinamika keamanan global.

Berdasarkan keterangan tertulis dari Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan RI, pembahasan kerja sama bilateral meliputi kerja sama di bidang maritim, industri pertahanan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pada pembahasan dinamika keamaman regional, kedua Menhan saling bertukar pandangan mengenai keamanan di wilayah Pasifik Selatan, rencana kerja RI dan Australia dalam kerangka ASEAN Defence Ministerial Meeting Plus (ADMM Plus) bidang operasi perdamaian, serta isu-isu mengenai keberadaan Amerika Serikat di wilayah Australia.

Dalam kesempatan tersebut, Menhan RI mengapresiasi penyelesaian pihak Australia terkait insiden di sekolah bahasa Australia pada November 2016 yang berakibat terhentinya kerja sama militer antara TNI dan Angkatan Bersenjata Australia selama kurang lebih dua bulan. Secara khusus, Menhan Ryamizard menyampaikan rasa bahagia atas dibukanya kembali kerja sama militer kedua negara.

Pada agenda mengenai kerja sama keamanan maritim, Menhan RI menyampaikan kebijakan maritim Indonesia yang terkait dengan poros maritim dunia, peran Indonesia dalam IORA serta memberikan informasi terbaru mengenai perkembangan kerja sama trilateral di kawasan Laut Sulu.

Dalam bidang industri pertahanan, Menteri Syamizard menyampaikan peran Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) dalam bidang pengadaan dari luar negeri dan kemajuan atas pelaksanaan hibah maupun pembelian pesawat C- 130 Hercules dari pemerintah Australia.

Di bidang kerja sama ilmu pengetahuan dan teknologi, menhan menyampaikan beberapa upaya Indonesia terkait dengan keamanan siber di lingkungan pertahanan.

Indonesia telah mempererat hubungan pertahanan dengan Republik Fiji untuk meredam dinamika keamanan di Pasifik Selatan, selain meminta dukungan Australia untuk mendorong negara-negara di kawasan tersebut dalam mendukung kedaulatan RI.

Menhan RI juga mendorong peningkatan kerja sama antara Indonesia dan Australia dalam keketuaan bersama Kelompok Kerja Operasi Pemeliharaan Perdamaian untuk periode 2017-2020.

Menanggapi tentang kehadiran marinir dan Angkatan Udara Amerika Serikat di wilayah utara Australia, Menhan Ryamizard berharap keberadaan mereka dapat memberi kontribusi positif terhadap upaya menjaga kawasan Asia Pasifik yang stabil dan damai. (Y013/N002)
 

  Antara