[Dunia] ‘Heron’ Singapura Siap Tempur
Heron 1 RSAF (mindef)
AU Singapura menyatakan bahwa armada UAV Heron I yang dimilikinya sudah dalam kondisi siap tempur mulai 15/3/2017.
Pengumuman Full Operational Capability yang disampaikan oleh Menteri Pertahanan Dr. Ng Eng Hen pada seremoni di Kamp Murai. Pengumuman ini juga menandai operasional penuh Heron I di bawah skadron udara 119 dan 128, setelah masa evaluasi dan operasional terbatas di dalam dan luar negeri melalui sejumlah latihan gabungan sejak tahun 2012.
Selama empat tahun tersebut, AU Singapura tidak hanya belajar mengoperasikan Heron I, tetapi juga mempersiapkan awak untuk mengoperasikannya.
Berbeda dengan skadron lainnya, Heron I akan dioperasikan oleh NSF (National Service Force) atau korps wajib militer Singapura dan tidak oleh pilot karir RSAF.
Para NS yang ditunjuk untuk mengoperasikan Heron I mulai dilatih sejak tahun 2014. Mereka diseleksi secara ketat melalui sejumlah tes motorik dan wawancara.
Butuh waktu 18 bulan bagi seorang NS untuk dapat menyelesaikan pendidikannya sebagai pilot UAV.
Heron I yang dibeli oleh AU Singapura ini menggantikan Searcher dari Israel. Ia akan menempati posisi penting dalam konsep prajurit masa depan Singapura atau yang dikenal dengan 3G Soldier.
Heron I akan menyediakan rekaman real time dari medan pertempuran. Rekaman ini dapat dipasok ke wearable gadget berupa display yang dibawa oleh komandan regu, peleton, kompi, dan batalion.
Sistem ini memungkinkan penentuan keputusan manuver yang efisien untuk menghancurkan lawan.
Heron I yang dioperasikan oleh AU Singapura juga didesain memiliki kemampuan untuk membidik sasaran dengan laser, dan mengunci pergerakan sasaran.
UAV itu mengirimkan koordinat serta target penguncian untuk solusi penembakan satuan artileri atau penembak rudal pintar sehingga pasukan di darat memiliki kemampuan serang presisi.
Data kuncian sasaran tersebut juga bisa dipasok ke pesawat pembom tempur AU Singapura, seperti F-16 Block 52 dan F-15SG. Tujuannya agar bom-bom pintar berpemandu laser dapat diarahkan telak ke sasaran.
Dibuat oleh Divisi Malat dari Israeli Aerospace Industries (IAI), Heron I memiliki panjang 8,8 meter dan bentang sayap 16,6 meter. UAV itu ditenagai oleh satu mesin Rotax 914 dengan tipe pusher (baling-baling pendorong).
Mesin itu memiliki kemampuan loiter mencapai 24 jam di ketinggian 20.000 kaki.
Pasokan video yang diberikannya juga sudah berwarna dan dapat diset dalam moda infra merah atau termal, sehingga posisi musuh dapat terdeteksi dengan baik.
Salah satu latihan skala besar yang dilakukan AU Singapura untuk menguji operasional Heron I adalah Exercise Forging Sabre pada bulan Desember 2015 di Arizona, Amerika Serikat.
Dalam latihan selama dua minggu tersebut, puluhan jet tempur dan AH-64D Longbow Apache AU Singapura menjatuhkan ratusan bom dan rudal pintar dengan data yang dipasok oleh Heron I bersama dengan pasukan komando AU Singapura.
Selain memberikan data secara real time, Heron I juga mengirimkan data intelijen berupa foto yang kemudian dianalisis oleh spesialis analis foto yang disebut Air Imagery Intelligence Experts AU Singapura.
Keberhasilan Forging Sabre inilah yang menjadi salah satu pendorong AU Singapura untuk menyatakan bahwa Heron I siap tempur, di dalam dan luar negeri.
AU Singapura menyatakan bahwa armada UAV Heron I yang dimilikinya sudah dalam kondisi siap tempur mulai 15/3/2017.
Pengumuman Full Operational Capability yang disampaikan oleh Menteri Pertahanan Dr. Ng Eng Hen pada seremoni di Kamp Murai. Pengumuman ini juga menandai operasional penuh Heron I di bawah skadron udara 119 dan 128, setelah masa evaluasi dan operasional terbatas di dalam dan luar negeri melalui sejumlah latihan gabungan sejak tahun 2012.
Selama empat tahun tersebut, AU Singapura tidak hanya belajar mengoperasikan Heron I, tetapi juga mempersiapkan awak untuk mengoperasikannya.
Berbeda dengan skadron lainnya, Heron I akan dioperasikan oleh NSF (National Service Force) atau korps wajib militer Singapura dan tidak oleh pilot karir RSAF.
Para NS yang ditunjuk untuk mengoperasikan Heron I mulai dilatih sejak tahun 2014. Mereka diseleksi secara ketat melalui sejumlah tes motorik dan wawancara.
Butuh waktu 18 bulan bagi seorang NS untuk dapat menyelesaikan pendidikannya sebagai pilot UAV.
Heron I yang dibeli oleh AU Singapura ini menggantikan Searcher dari Israel. Ia akan menempati posisi penting dalam konsep prajurit masa depan Singapura atau yang dikenal dengan 3G Soldier.
Heron I akan menyediakan rekaman real time dari medan pertempuran. Rekaman ini dapat dipasok ke wearable gadget berupa display yang dibawa oleh komandan regu, peleton, kompi, dan batalion.
Sistem ini memungkinkan penentuan keputusan manuver yang efisien untuk menghancurkan lawan.
Heron I yang dioperasikan oleh AU Singapura juga didesain memiliki kemampuan untuk membidik sasaran dengan laser, dan mengunci pergerakan sasaran.
UAV itu mengirimkan koordinat serta target penguncian untuk solusi penembakan satuan artileri atau penembak rudal pintar sehingga pasukan di darat memiliki kemampuan serang presisi.
Data kuncian sasaran tersebut juga bisa dipasok ke pesawat pembom tempur AU Singapura, seperti F-16 Block 52 dan F-15SG. Tujuannya agar bom-bom pintar berpemandu laser dapat diarahkan telak ke sasaran.
Dibuat oleh Divisi Malat dari Israeli Aerospace Industries (IAI), Heron I memiliki panjang 8,8 meter dan bentang sayap 16,6 meter. UAV itu ditenagai oleh satu mesin Rotax 914 dengan tipe pusher (baling-baling pendorong).
Mesin itu memiliki kemampuan loiter mencapai 24 jam di ketinggian 20.000 kaki.
Pasokan video yang diberikannya juga sudah berwarna dan dapat diset dalam moda infra merah atau termal, sehingga posisi musuh dapat terdeteksi dengan baik.
Salah satu latihan skala besar yang dilakukan AU Singapura untuk menguji operasional Heron I adalah Exercise Forging Sabre pada bulan Desember 2015 di Arizona, Amerika Serikat.
Dalam latihan selama dua minggu tersebut, puluhan jet tempur dan AH-64D Longbow Apache AU Singapura menjatuhkan ratusan bom dan rudal pintar dengan data yang dipasok oleh Heron I bersama dengan pasukan komando AU Singapura.
Selain memberikan data secara real time, Heron I juga mengirimkan data intelijen berupa foto yang kemudian dianalisis oleh spesialis analis foto yang disebut Air Imagery Intelligence Experts AU Singapura.
Keberhasilan Forging Sabre inilah yang menjadi salah satu pendorong AU Singapura untuk menyatakan bahwa Heron I siap tempur, di dalam dan luar negeri.
Post a Comment