KRI Irian - Kapal Perang Terbesar Yang Pernah Dimiliki Indonesia


KRI Irian - Kapal Perang Terbesar Yang Pernah Dimiliki Indonesia
KRI Irian
KRI IrianKRI Irian merupakan sebuah kapal penjelajah kelas Sverdlov (Project 68-bis) versi pengembangan dari kapal penjelajah kelas Chapayev, milik TNI AL pada tahun 1960an. Kapal jenis ini adalah kapal penjelajah konvensional terakhir yang dibuat untuk AL Uni Soviet, 13 kapal telah diselesaikan sebelum Nikita Khrushchev menghentikan program ini karena kapal jenis ini dianggap sudah ketinggalan jaman dengan hadirnya rudal (peluru kendali) anti kapal. 


Desain
Kapal-kapal dari kelas Sverdlov adalah versi dari kapal penjelajah kelas Chapayev dengan menambah ukurannya menjadi sedikit lebih besar serta meningkatkan kualitasnya, dengan persenjataan, permesinan dan proteksi lambung yang sama dengan kelas pendahulunya (kelas Chapayev), tapi dengan penambahan kapasitas bahan bakar yang lebih besar untuk jarak tempuh yang lebih jauh, lambung yang sudah dilas, peningkatan proteksi bawah air, serta penambahan perlindungan anti pesawat tempur dan radar.
KRI Irian - Kapal Perang Terbesar Yang Pernah Dimiliki Indonesia
KRI Irian
Lapisan baja Pelindung

Dalam satuan mm:
• Sabuk lapis baja utama : 100 mm
• Buritan : 32 mm
• Dek : 50 mm
• Rumah Dek : 130 mm
• Tempurung meriam utama : 175 mm
KRI Irian - Kapal Perang Terbesar Yang Pernah Dimiliki Indonesia
KRI Irian
Perlengkapan radar di KRI Irian adalah:
1x radar penjejak udara Gyus-2
1x radar penjejak udara Big Net atau Top Trough
1x radar penjejak udara High Sieve atau Low Sieve
1x radar penjejak udara Knife Rest
1x radar penjejak udara Slim Net
1x radar penjejak permukaan laut Ryf
1x radar navigasi Don-2 atau Neptune
2x radar pengatur penembakan senjata Sun Visor
2x radar pengatur penembakan meriam kapal B-38, Top Bow
8x radar pengatur penembakan senjata Egg Cup
2x sistem jamming elektronik Watch Dog

Sonar:
  Tamir-5N dipasang di hull

Lain-lain:
  Machta ECM (electronic Counter Measures)

Senjata dan tenaga penggerak

Senjata artileri KRI Irian
Senjata utama dari KRI Irian adalah 4 buah turret/kubah, setiap kubah terdapat 3 meriam kaliber 6 inci/152 mm. Sehingga total terdapat 12 meriam kaliber 6 inci di geladaknya.
10 tabung torpedo antikapal selam kaliber 533 mm
12 buah meriam kapal B-38/L57 kaliber 152 mm (6 di depan, 6 di belakang)
12 buah meriam Model 1934/L56 kaliber 100 mm, ditempatkan dalam 6 kubah SM-5-1 (2 meriam per 1 kubah)
32 buah meriam multifungsi kaliber 37 mm
4 buah triple gun Mk5-bis kaliber 20 mm (untuk keperluan antiserangan udara)

Tenaga penggerak
KRI Irian mengandalkan 2 buah turbin uap TB-72 sebagai tenaga penggerak yang mendapat pasokan uap dari 6 buah ketel KV-68 dan disalurkan melalui 2 buah shaft.
Tenaga total yang dihasilkan adalah sekitar 110.000 HP sampai 122.000 HP pada kedua shaft, sehingga mampu membuat kapal seberat 13.600 ton ini melaju dengan kecepatan maksimal 32,5 knot, jarak maksimal yang bisa ditempuh adalah 9000 mil laut dengan kecepatan konstan 18 knot.

Sejarah KRI Irian
Sebelumnya, KRI Irian  bernama Ordzhonikidze 310  (Object 055, diambil dari nama Menteri Industri Berat era Stalin, Grigory "Sergo" Ordzhonikidze) dari Armada Baltik AL Uni Soviet, yang dibeli oleh Indonesia tahun 1962. KRI Irian merupakan kapal terbesar di belahan bumi selatan pada saat itu. Kapal ini digunakan secara aktif untuk persiapan merebut Irian Barat (operasi Trikora).
Kapal ini dibuat di galangan kapal Admiralty, Leningrad. Peletakan lunas pertama dilakukan tanggal 9 Oktober 1949, diluncurkan tanggal 17 September 1950, dan pertama kali dioperasikan tanggal 30 Juni 1952.
KRI Irian - Kapal Perang Terbesar Yang Pernah Dimiliki Indonesia
KRI Irian
Persiapan Pengoperasian di Indonesia
Pada 11 Januari 1961, pemerintah Uni Soviet mengeluarkan instruksi kepada Biro Desain Pusat #17 untuk memodifikasi Ordzhonikidze supaya cocok beroperasi di daerah tropis. Modernisasi skala besar kemudian dilakukan untuk membuat kapal ini dapat dioperasikan pada suhu +40 °C, kelembapan 95%, dan temperatur air +30 °C.
Tetapi karena perwakilan dari Angkatan Laut Republik Indonesia yang berkunjung ke kota Baltiysk menyatakan ketidaksanggupan untuk menanggung biaya proyek sebesar itu, maka modernisasi dialihkan untuk instalasi genset diesel yang lebih kuat guna menggerakkan ventilator tambahan.
Kapal ini tiba di Sevastopol tanggal 14 Februari 1961, dan  memulai uji coba lautnya tanggal 5 April 1962. Pada saat itu ALRI sudah membentuk kru untuk kapal ini dan sudah siap di atas kapal. Mekanik kapal ini, Bapak Yatijan, kelak menjadi Kepala Departemen Teknik ALRI,  serta pelaut yang lain,  dikemudian hari banyak yang menduduki posisi penting. Kapal ini dapat memuat 1.270 awak kapal, termasuk 60 orang perwira, 75 perwira pengawas, 154 perwira pertama.

Operasional
KRI Irian - Kapal Perang Terbesar Yang Pernah Dimiliki Indonesia
KRI Irian
KRI Irian tiba di Surabaya pada 5 Agustus 1962 dan dinyatakan keluar dari kedinasan AL Uni Soviet pada 24 Januari 1963 dan sebelumnya Uni Soviet tidak pernah menjual kapal dengan bobot seberat ini kepada negara lain kecuali kepada Indonesia. ALRI yang  sebelumnya belum pernah mempunyai armada sendiri, belajar mengoperasikan kapal canggih dan mahal ini dengan cara trial and error (coba-coba). Bulan November 1962, tercatat sebuah mesin diesel kapal selam rusak karena benturan hidrolis saat naik ke permukaan, sebuah destroyer rusak dan 3 dari 6 boiler KRI Irian rusak. Suhu yang panas dan kelembapan tinggi berefek negatif terhadap armada ALRI, akibatnya banyak peralatan yang tidak bisa dioperasikan secara optimal. Di sisi lain, kehadiran kapal ini membuat AL Kerajaan Belanda secara drastis mengurangi kehadirannya di perairan Irian Barat.

Perbaikan
Pada 1964 kapal penjelajah ini akhirnya dikirim ke Vladivostok untuk perbaikan karena banyaknya kerusakan yang menyebabkan kapal ini kehilangan banyak fungsi operasionalnya. KRI Irian sampai di Pabrik Dalzavod pada bulan Maret 1964 dan membuat para pelaut dan teknisi Soviet terkejut melihat kondisi kapal dan banyaknya perbaikan kecil yang seharusnya telah dilakukan oleh para awak kapal ternyata tidak dilakukan. Mereka juga tertarik dengan sedikit modifikasi yang dilakukan ALRI yaitu mengubah ruang pakaian menjadi ruang ibadah (sesuatu yang mustahil di Uni Soviet).

Penugasan Kembali
Setelah perbaikan selesai, pada bulan Agustus 1964 kapal kembali berlayar menuju Surabaya dikawal oleh kapal perusak AL Uni Soviet. Setahun kemudian (1965), terjadi peristiwa G30S di Indonesia. Kekuasaan pemerintah berpindah ke tangan Jenderal Soeharto yang menggantikan sebagai presiden. Perhatian Soeharto terhadap ALRI sangat berbeda dibandingkan Presiden Sukarno. Kapal ini akhirnya dibiarkan terbengkalai di Surabaya.

Pemensiunan
Terdapat beberapa versi tentang riwayat KRI Irian setelah peristiwa G30S :

- Versi pertama menyebutkan bahwa tahun 1970, KRI Irian sudah sangat parah keadaannya hingga sedikit demi sedikit mulai dibanjiri air. Tidak ada orang yang peduli untuk menyelamatkan kapal penjelajah ini. Sehingga pada masa Laksamana Sudomo menjabat sebagai KSAL, maka KRI Irian dibesituakan (scrap) di Taiwan pada tahun 1972 dengan alasan kekurangan komponen suku cadang kronis.
- Versi kedua, menurut Hendro Subroto, kapal perang yang dibuat sebanyak empatbelas buah ini (enambelas buah lainnya dibatalkan pembangunannya) dijual ke Jepang setelah persenjataannya dipreteli. "Padahal di Tanjung Priok masih terdapat dua gudang suku cadang. Tapi karena perawatan sebelumnya di tangani orang Rusia, selepas Gestapu, kita tidak punya teknisi lagi," kata Hendro.

Kru Kapal
Beberapa Perwira yang pernah bertugas di atas KRI Irian adalah:

- Mantan Panglima TNI dan Menkopolkam di Kabinet Indonesia Bersatu, Laksamana (Purn.) Widodo AS yang saat itu menjabat sebagai Perwira Senjata pada tahun 1968.
- dr. Kartono Mohamad, kakak kandung dari Goenawan Mohamad, pendiri Majalah Tempo. Beliau seorang dokter definitif untuk kapal perang ini. Ia pernah menjadi dokter di kapal penjelajah RI Irian 201 semasa bertugas di TNI-AL (1964-1975).
- dr. Tarmizi Taher, mantan Menteri Agama di Kabinet Pembangunan VI, sebagai Perwira Kesehatan Sementara saat Presiden RI Dr. Ir. H. Sukarno dalam perjalanan dari Jawa ke Makassar di KRI Irian.
KRI Irian - Kapal Perang Terbesar Yang Pernah Dimiliki Indonesia
KRI Irian
Produksi Galangan kapal Obedineniye "Admiralteyskiye Verfi" Leningradskoye (sekarang St. Petersburg)
Mulai dibuat 19 Oktober 1949
Diluncurkan 17 September 1950 dan bertugas di AL Uni Soviet pada 30 Juni 1952
Dibeli 1962 dari Uni Soviet
Ditugaskan 24 Januari 1963
Nama sebelumnya Ordzhonikidze 310 (Object 055), nama Menteri Industri Berat era Stalin
Status 1972, dibesituakan di Taiwan
Karakteristik umum
Berat benaman 13.600 T standar, 16.640 T beban penuh
Panjang 210 m keseluruhan, 205  m garis air
Lebar 22 m
Draft 6,9 m
Tenaga penggerak 2 shaft-geared turbin uap, 6 boiler, 110.000 HP
Kecepatan 32,5 knot
Awak kapal 1.250 orang
Persenjataan *12 meriam kapal B-38/L57 kaliber 152 mm dalam 4x3 kubah Mk5-bis
12 meriam Model 1934/L56 kaliber 100 mm dalam formasi 6x2 SM-5-1
32 pucuk meriam antipesawat udara kaliber 37 mm
10 tabung torpedo kaliber 533 mm
Perisai Sabuk kapal = 100 mm
Menara pengawas = 150 mm
Dek = 50 mm
Kubah = 75 mm


Sumber :
- merdeka.com
- laststandonzombieisland.com
- id.wikipedia.org